(Deep Learning) Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 SD/MI
6 menit membaca
Share this:
Pendidikan pada jenjang dasar, khususnya di kelas 1 SD/MI fase A, berfungsi sebagai basis penting dalam membangun karakter dan kemampuan membaca siswa. Dalam menghadapi era kurikulum merdeka, para guru ditantang untuk lebih dari sekadar memberikan pengetahuan, tetapi juga untuk menciptakan pengalaman pembelajaran yang bernilai dan mendalam. Kunci dari semua ini berada pada desain modul ajar Bahasa Indonesia kelas 1 SD/MI fase A kurikulum merdeka yang tidak hanya mengutamakan hasil kognitif, tetapi juga pengembangan keterampilan dan karakter. Pendekatan Deep Learning, yang diimplementasikan lewat prinsip Mindful Learning, Meaningful Learning, dan Joyful Learning, menjadi panduan yang tepat untuk mencapainya.
Deep Learning: Dari Hafalan Menuju Pemahaman yang Kuat
Deep Learning (Pembelajaran Mendalam) adalah pendekatan yang menitikberatkan pada pemahaman konsep, keterhubungan antar disiplin ilmu, dan penerapan pengetahuan dalam situasi nyata. Dalam pendidikan dasar, Deep Learning diterapkan melalui tiga pilar utama:
Mindful Learning (Pembelajaran Penuh Kesadaran): Belajar dengan kesadaran dan perhatian terhadap proses yang sedang dijalani. Siswa diminta untuk lebih fokus, merenung, dan memikirkan kembali pembelajaran yang mereka lakukan.
Meaningful Learning (Pembelajaran Bermakna): Mengaitkan materi pelajaran dengan pengalaman, minat, dan realitas siswa. Pengetahuan baru dihubungkan dengan pengetahuan yang sudah ada, sehingga lebih mudah dipahami dan diingat.
Joyful Learning (Pembelajaran yang Menyenangkan): Menghadirkan suasana belajar yang ceria, tanpa tekanan, dan penuh rasa ingin tahu. Kebahagiaan menjadi pendorong alami untuk motivasi belajar yang berkelanjutan.
Mengintegrasikan Modul Ajar Deep Learning Bahasa Indonesia Kelas 1
Berikut adalah contoh nyata tentang bagaimana ketiga pilar tersebut diimplementasikan dalam modul ajar deep learning Bahasa Indonesia kelas 1 kurikulum merdeka.
Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat mengenali nama-nama anggota keluarga (ayah, ibu, kakak, adik, kakek, nenek).
Siswa dapat menceritakan kegiatan yang dilakukan bersama keluarga secara lisan dengan kalimat sederhana.
Siswa dapat membaca dan memahami teks pendek tentang keluarga.
Siswa dapat menuliskan nama anggota keluarganya dengan huruf kapital yang benar.
1. Penerapan Mindful Learning (Pembelajaran Penuh Kesadaran)
Mindful Learning di kelas 1 SD/MI fase A adalah melatih siswa untuk sepenuhnya hadir dalam aktivitas belajar, memerhatikan dengan seksama, dan mendengarkan dengan baik.
Sebelum pelajaran dimulai, guru meminta siswa untuk duduk dalam keadaan tenang selama satu menit. Guru berkata, “Anak-anak, mari kita ambil napas dalam-dalam. . . dan hembuskan secara perlahan. Kini, mari kita fokuskan pikiran kita untuk belajar Bahasa Indonesia hari ini.” Ritual singkat tersebut membantu merilekskan pikiran dan mempersiapkan mental siswa untuk menerima informasi.
• Kegiatan Inti: “Mengamati Foto Keluarga”
Siswa diajak untuk membawa foto keluarga mereka. Guru memberikan arahan, “Sekarang, coba perhatikan foto kalian dengan saksama. Siapa saja yang terlihat dalam foto ini? Apa ekspresi wajah mereka? Di mana foto ini diambil?” Pertanyaan-pertanyaan tersebut mendorong siswa untuk memperhatikan detail dan merefleksikan kenangan yang berhubungan dengan foto. Aktivitas ini menjadi lebih berarti dibandingkan sekadar mengingat nama anggota keluarga secara otomatis.
• Refleksi: “Perasaan untuk Keluarga”
Di akhir sesi, guru meminta siswa untuk merenungkan perasaan mereka. “Apa yang kalian rasakan saat melihat foto keluarga dan menceritakan tentang mereka?” Refleksi tersebut mendorong siswa untuk menyadari emosi mereka dan menghubungkannya dengan pengalaman belajar.
Supaya aktivitas pembelajaran mempunyai makna, isi modul ajar deep learning Bahasa Indonesia kelas 1 SD/MI yang diajarkan harus terkait dengan kehidupan nyata siswa.
Konteks Materi: Tema “Keluarga” dipilih karena itu merupakan aspek terdekat dalam kehidupan siswa kelas 1 SD/MI fase A. Mereka tidak mempelajari “keluarga” sebagai konsep yang tidak jelas, tetapi tentang orang-orang yang mereka kasihi setiap hari.
Proyek Kolase Keluarga: Siswa tidak hanya mencatat nama anggota keluarga, tetapi juga menciptakan kolase menggunakan potongan kertas bergambar atau foto-foto lama. Mereka kemudian menuliskan label nama di bawah tiap gambar. Aktivitas kreatif tersebut menggabungkan keterampilan motorik halus, pengenalan keluarga, dan penulisan dalam satu kegiatan yang terintegrasi dan berarti.
Membaca Buku Cerita yang Mewakili Keberagaman Keluarga: Guru menyediakan berbagai buku cerita yang menggambarkan berbagai bentuk struktur keluarga (seperti keluarga inti, keluarga dengan orang tua tunggal, keluarga dengan kakek-nenek, dan sebagainya). Ini membuat setiap siswa merasa bahwa keluarganya diakui dan dihargai. Diskusi setelah membaca buku, seperti “Apa persamaan dan perbedaan antara keluarga dalam buku dengan keluarga kalian?”, membantu membangun pemahaman yang inklusif dan kritis.
Wawancara Sederhana: Siswa diberi tugas untuk “mewawancarai” anggota keluarganya di rumah dengan pertanyaan yang mudah, seperti “Apa hobi Ayah/Ibu?” atau “Makanan apa yang disukai Adik?”. Hasil wawancara tersebut kemudian akan diceritakan kembali di kelas. Aktivitas tersebut mengaitkan pembelajaran di sekolah dengan kehidupan sehari-hari di rumah, membuat pengetahuan menjadi nyata dan bisa diterapkan.
3. Penerapan Joyful Learning (Pembelajaran yang Menyenangkan)
Keceriaan adalah elemen penting untuk memastikan bahwa dasar literasi dibangun dengan cara yang positif.
Permainan “Tebak Siapa Aku”: Guru menempelkan gambar anggota keluarga di belakang salah satu siswa. Siswa tersebut harus berkeliling dan bertanya kepada teman-temannya dengan pertanyaan yang bisa dijawab “ya/tidak” untuk menebak siapa yang gambarnya ada di belakangnya. Permainan tersebut penuh tawa dan secara tidak langsung melatih kosakata serta kemampuan bertanya.
Bernyanyi dan Bergerak: Pembelajaran tidak selalu harus dilakukan di dalam kelas dengan duduk teratur. Guru bisa memperkenalkan lagu anak-anak tentang keluarga, seperti “Satu-Satu Aku Sayang Ibu”. Siswa bernyanyi sambil bergerak, menghadirkan lingkungan belajar yang aktif dan melibatkan berbagai indera. Keceriaan saat bernyanyi akan membantu mereka lebih mudah mengingat kata-kata seperti “ayah”, “ibu”, “sayang”.
Pojok Baca yang Nyaman: Mengatur sudut kelas menggunakan karpet, bantal, dan buku-buku cerita menarik tentang keluarga bisa menciptakan lingkungan membaca yang mengundang. Siswa bebas memilih buku yang mereka sukai dan membaca dengan santai, baik sendirian maupun bersama teman. Pengalaman membaca yang positif ini akan menumbuhkan cinta mereka pada buku.
Pameran Kolase Keluarga: Setelah proyek kolase selesai, adakan “pameran seni” kecil-kecilan di kelas. Siswa berperan sebagai pemandu yang menjelaskan karya mereka kepada teman-teman dari “kelas lain” (misalnya, guru atau siswa kelas 2). Merayakan hasil kreativitas siswa bisa memberikan rasa bangga dan pencapaian, yang menjadi sumber keceriaan yang sangat kuat.
Silahkan download modul ajar deep learning Bahasa Indonesia kelas 1 kurikulum merdeka disini
Kesimpulan
Menyusun modul ajar deep learning Bahasa Indonesia kelas 1 SD/MI dalam kurikulum merdeka bukan hanya sekedar memenuhi persyaratan administrasi. Ini merupakan sebuah dedikasi untuk menciptakan pengalaman belajar yang mengubah hidup. Dengan memasukkan Mindful Learning, Meaningful Learning, dan Joyful Learning, modul ajar deep learning kurikulum merdeka tersebut berfungsi sebagai penghubung antara kurikulum yang tertulis dan kehidupan nyata anak-anak. Ini adalah petunjuk untuk guru supaya tidak hanya melahirkan siswa yang mampu membaca dan menulis, tetapi juga individu yang suka belajar sepanjang hidup, sadar, bisa menemukan makna, dan merasakan kebahagiaan dalam setiap akativitas belajarnya. Inilah inti dari kurikulum merdeka yang sejati.