(Deep Learning) Modul Ajar Seni Rupa Kelas 7 SMP/MTs
6 menit membaca
Share this:
Dalam pelajaran Seni Rupa kelas 7 SMP/MTs fase D, kurikulum merdeka memberikan kesempatan besar untuk mengubah cara pandang dari sekadar menciptakan karya yang indah menjadi proses berpikir dan merasakan yang lebih dalam. Di sini, konsep Deep Learning (Pembelajaran Mendalam) yang diwujudkan melalui pendekatan Mindful Learning, Meaningful Learning, dan Joyful Learning berperan penting dalam mengembangkan potensi seni dan kemanusiaan siswa kelas 7 SMP/MTs fase D.
Memahami Trilogi Deep Learning dalam Seni Rupa Kelas 7
Sebelum menyusun modul ajar deep learning Seni Rupa kelas 7 kurikulum merdeka , sangat penting untuk memahami asas yang mendasari pendekatan ini.
1. Mindful Learning
Dalam modul ajar deep learning Seni Rupa kelas 7 SMP/MTs fase D, mindful learning berarti mendorong siswa untuk sepenuhnya terlibat dalam kegiatan berkarya. Ini berhubungan dengan kesadaran panca indera, bagaimana mereka memperhatikan perbedaan warna, merasakan tekstur material, mengamati ukuran bentuk, dan mendengarkan intuisi pribadi. Siswa diminta untuk mencoba tanpa rasa takut akan kegagalan, merenungkan setiap keputusan artistik, dan menyadari perasaan atau ide yang muncul selama proses mencipta. Pendekatan tersebut melatih konsentrasi, kesabaran, dan kepekaan terhadap lingkungan sekitar.
2. Meaningful Learning
Seni Rupa kelas 7 SMP/MTs fase D seharusnya terhubung dengan kehidupan siswa. Meaningful learning terjadi ketika siswa menyadari hubungan antara pelajaran yang mereka terima di sekolah dengan identitas, lingkungan sosial, budaya, atau isu-isu yang dekat dengan pengalaman mereka. Sebagai contoh, modul ajar deep learning Seni Rupa kelas 7 kurikulum merdeka bisa mengaitkan tugas menggambar pemandangan dengan kekayaan budaya setempat, masalah lingkungan di sekitar sekolah, atau ungkapan identitas remaja. Dengan cara tersebut, karya seni tidak lagi sekadar tugas sekolah, tetapi menjadi sarana untuk mengekspresikan diri dan menyampaikan pesan.
Joyful learning bukan hanya tentang bersenang-senang tanpa tujuan. Kebahagiaan dalam kerangka Deep Learning datang dari rasa ingin tahu yang terpenuhi, tantangan yang berhasil dilalui, kebebasan dalam mengungkapkan diri, dan kebanggaan terhadap hasil karya yang diciptakan. Lingkungan kelas yang aman, positif, dan mendukung sangatlah penting. Guru bertindak sebagai fasilitator yang memicu rasa ingin tahu dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjelajahi ide-ide mereka dengan semangat.
Ketiga pendekatan tersebut saling berhubungan. Proses berkarya yang bermakna akan mendorong keterlibatan penuh, yang akhirnya menghasilkan pengalaman belajar yang menyenangkan.
Merancang Modul Ajar Deep Learning Seni Rupa Kelas 7
Berikut adalah contoh spesifik dari modul ajar deep learning Seni Rupa kelas 7 SMP/MTs fase D dengan fokus pada elemen Bentuk dan Bidang, serta Tekstur, yang mengintegrasikan pendekatan tersebut.
Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, siswa diharapkan mampu:
Mengidentifikasi berbagai bentuk, bidang, dan tekstur dalam karya seni patung yang khas dari daerah mereka.
Membuat patung mini dari bahan lunak (seperti tanah liat polimer, plastisin, atau adonan tepung) yang terinspirasi oleh bentuk-bentuk tradisional (misalnya: ukiran, topeng, atau mainan tradisional) dari daerah asal mereka.
Menyampaikan presentasi singkat mengenai arti dan cerita di balik patung mini yang mereka buat, serta proses pembuatannya.
Penerapan Modul Ajar Deep Learning Seni Rupa Kelas 7 dalam Tahapan Pembelajaran
Pertemuan 1: Membangkitkan Rasa Ingin Tahu dan Menemukan Makna (Meaningful & Joyful Learning)
Kegiatan Awal (15 menit):
Ice Breaker “Tebak Asal Budaya”: Guru menampilkan gambar-gambar singkat karya seni tradisional (topeng, patung, ukiran) dari berbagai daerah tanpa menyebutkan namanya. Siswa diminta untuk menebak asal daerahnya dan menuliskan pada selembar kertas. Kegiatan tersebut menghadirkan lingkungan joyful dan kompetisi yang sehat.
Pemantik Diskusi: Guru mengajak siswa untuk berpikir dengan pertanyaan: “Kenapa ya nenek moyang kita menciptakan seni seperti ini? Apa hubungannya dengan kepercayaan, alam, atau kehidupan sehari-hari mereka?” Diskusi ini menciptakan ikatan yang meaningful antara seni dan budaya asal.
Kegiatan Inti (55 menit):
Eksplorasi Kontekstual (Meaningful Learning): Siswa dikelompokkan ke dalam tim kecil berdasarkan daerah asal atau minat. Setiap grup diberikan tugas untuk mempelajari satu jenis seni tradisional (contohnya, kelompok A menelusuri Topeng Malang, kelompok B meneliti Patung Ganesha dari Jawa Tengah, dan sebagainya). Mereka mencari informasi mengenai makna simbolik, cerita rakyat yang menginspirasinya, dan fungsi dari karya tersebut.
Pengamatan Cermat (Mindful Learning): Setelah mendapat informasi, siswa diajak untuk mengamati gambar karya seni tersebut dengan teliti. Guru mengarahkan mereka untuk memperhatikan detail: “Perhatikan bentuk matanya, apakah bulat atau lonjong? Bagaimana dengan teksturnya, apakah halus atau kasar? Bagian apa saja yang menyusun bentuk ini?” Kegiatan ini melatih kepekaan indra dan perhatian visual.
Kegiatan Penutup (10 menit):
Siswa menyampaikan ringkasan temuan mereka. Guru menegaskan bahwa setiap bentuk dan tekstur dalam seni tradisional menyimpan cerita dan makna sendiri. Siswa diberikan tugas untuk memikirkan bentuk patung mini yang akan mereka buat, yang terinspirasi dari penelitian ini.
Pertemuan 2 dan 3: Proses Berkarya dengan Kesadaran Penuh (Mindful & Joyful Learning)
Kegiatan Awal (10 menit):
Pemanasan Indrawi (Mindful Learning): Sebelum mulai berkarya, siswa diminta untuk memegang dan menguleni bahan lunak yang akan digunakan. Guru mengajak mereka merasakan sensasi yang ada di tangan: “Apa yang kau rasakan? Dingin, lembut, kenyal? Perhatikan bagaimana bahan ini bereaksi terhadap tekanan dari jari-jari kalian.” Ini adalah latihan untuk menenangkan pikiran.
Kegiatan Inti (120 menit – dibagi 2 pertemuan):
Eksplorasi Bentuk dan Tekstur (Joyful & Mindful Learning): Siswa mulai membuat patung mini mereka berdasar konsep yang sudah disiapkan. Dalam tahap tersebut, guru meminta percobaan dan penyelesaian masalah.
Joyful Learning muncul ketika siswa bebas untuk mengeksplorasi teknik pembuatan, mencoba variasi tekstur dengan berbagai alat (misalnya, menggunakan kain untuk membuat tekstur kasar atau ujung ballpoint untuk menciptakan titik-titik), serta berkolaborasi dengan teman sebangku berbagi ide.
Mindful Learning diterapkan dengan terus mengingatkan siswa untuk fokus sepenuhnya. Pertanyaan pemantik seperti, “Bagaimana perasaanmu saat berhasil membentuk hidungnya?” atau “Apa yang terjadi ketika kamu memberikan tekanan berlebihan?” membantu mereka melakukan refleksi terhadap proses yang sedang berlangsung.
Konferensi Individu (Meaningful Learning): Guru berjalan di antara siswa untuk berbincang. Dialog ini tidak berfokus pada kualitas karya, melainkan pada proses dan makna yang terkandung: “Bisa ceritakan tentang patung yang kamu buat? Kenapa kamu memilih bentuk ini? Bagian mana yang paling sulit?” Dialog tersebut memperkaya hubungan pribadi siswa dengan karyanya.
Kegiatan Penutup (10 menit per pertemuan):
Siswa menuliskan catatan singkat dalam “jurnal proses” mengenai apa yang telah mereka lakukan, tantangan yang dihadapi, dan rencana untuk pertemuan berikutnya. Kebiasaan tersebut mengembangkan keterampilan metakognisi dan kesadaran diri.
Silahkan download modul ajar deep learning Seni Rupa kelas 7 kurikulum merdeka disini
Kesimpulan
Modul ajar deep learning Seni Rupa kelas 7 SMP/MTs fase D dalam kurikulum merdeka mempunyai peluang yang signifikan untuk menjadi tempat yang subur untuk perkembangan siswa, melebihi hanya sekedar kemampuan teknis. Dengan mengadopsi pendekatan Deep Learning melalui Mindful Learning, Meaningful Learning, dan Joyful Learning, para guru bisa mengubah kelas Seni Rupa menjadi tempat yang penuh makna. Pada akhirnya, modul ajar deep learning kurikulum merdeka bukan hanya fokus pada penciptaan karya seni, tetapi juga pada penyediaan pengalaman belajar yang akan diingat seumur hidup.