Pendidikan Pancasila adalah mata pelajaran yang sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan sejak dini. Dalam kerangka kurikulum merdeka, modul ajar berfungsi sebagai media yang efektif untuk mendukung pembelajaran yang berbasis kompetensi.
Kurikulum merdeka merupakan inisiatif terbaru dalam sistem pendidikan Indonesia yang diciptakan untuk memberikan fleksibilitas dalam kegiatan belajar. Filosofi utama dari kurikulum merdeka adalah untuk mendukung pengembangan potensi siswa secara menyeluruh melalui pendekatan yang berpusat pada siswa. Pendekatan tersebut memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar sesuai minat, kebutuhan, dan kemampuan masing-masing. Dalam konteks Pendidikan Pancasila, filosofi tersebut diterapkan dengan memberikan pengalaman belajar yang relevan dan bermakna, sehingga siswa tidak hanya memahami nilai-nilai Pancasila, tetapi juga mampu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Fase A mencakup siswa pada jenjang pendidikan dasar, khususnya di kelas 1 dan 2 SD/MI. Pada fase tersebut, pendekatan pembelajaran difokuskan pada pengenalan dasar-dasar karakter, nilai-nilai moral, serta keterampilan sosial yang sederhana.
Pembelajaran di fase ini diselenggarakan secara tematik, mengintegrasikan berbagai nilai Pancasila seperti gotong royong, toleransi, dan rasa hormat. Metode pembelajaran bersifat interaktif, melibatkan aktivitas menyenangkan seperti bermain peran, bercerita, dan proyek kelompok kecil.
Pendidikan Pancasila di kelas 1 SD/MI berfokus pada pengenalan nilai-nilai dasar seperti kejujuran, kerja sama, dan rasa hormat. Siswa dijadikan pengantar memahami konsep-konsep ini melalui cerita, lagu, dan permainan edukatif.
Materi pembelajaran mencakup pengenalan sila-sila dalam Pancasila dengan pendekatan visual dan naratif. Misalnya, siswa diajak untuk menggambar simbol-simbol sila atau mendengarkan cerita tentang tokoh yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila.
Materi pokok yang terdapat dalam modul ajar Pendidikan Pancasila kelas 1 SD/MI meliputi:
Salah satu tujuan utama modul ajar adalah membentuk karakter siswa sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Nilai seperti rasa tanggung jawab, keadilan, dan kepedulian ditanamkan sejak dini agar menjadi kebiasaan yang melekat.
Selain pengembangan karakter, modul ajar juga dirancang untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Misalnya, siswa diajak untuk berdiskusi tentang tindakan yang harus diambil ketika teman membutuhkan bantuan.
Langkah awal adalah memahami kebutuhan siswa, termasuk minat, gaya belajar, serta tingkat kemampuan mereka. Konteks lokal juga perlu dipertimbangkan dalam penyusunan modul ajar.
Metode seperti bermain peran, diskusi kelompok, dan penggunaan media visual seperti video atau gambar dipilih untuk membantu siswa memahami materi dengan lebih baik.
Sebelum modul ajar digunakan, evaluasi dilakukan untuk memastikan bahwa isi dan metode yang disusun relevan dan efektif.
Guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa memahami dan menginternalisasi nilai-nilai Pancasila. Penting bagi guru untuk memastikan bahwa setiap siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
Penilaian dilakukan melalui metode observasi, portofolio, dan penilaian proyek. Pendekatan ini memungkinkan guru untuk mengamati bagaimana siswa menerapkan nilai-nilai yang telah mereka pelajari dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai contoh, implementasi modul ajar Pendidikan Pancasila untuk kelas 1 fase A di sebuah sekolah dasar di Jakarta menunjukkan bahwa siswa menunjukkan antusiasme yang lebih tinggi ketika guru menggunakan pendekatan berbasis cerita. Salah satu proyek yang dilakukan melibatkan siswa untuk menggambarkan situasi gotong royong di lingkungan rumah mereka.
Untuk mendukung pembelajaran, berikut beberapa sumber yang bisa dimanfaatkan:
Modul ajar Pendidikan Pancasila untuk kelas 1 SD/MI fase A dalam kurikulum merdeka merupakan alat yang sangat penting untuk mendukung pembelajaran yang terarah dan efektif. Dengan penerapan yang baik, modul ajar tersebut tidak hanya membantu siswa memahami nilai-nilai Pancasila, tetapi juga menginternalisasinya dalam kehidupan sehari-hari.